Surat Cinta Buat Drs. KH. Pua Monto Umbu Nay

Oleh : Umar Sulaiman DM

Surat cinta ini kutulis dengan sebuah bentuk keta'dziman kepada sosok nama, yang satu bulan terakhir menyita perhatian hampir sebagian besar nitizen pada beberapa group wattschap di dunia maya. Sosok ini secara jujur, belum terlalu familiar di mata penulis, karena sosoknya yang baru beberapa tahun hadir di Kota Kupang-NTT, dalam kapasitasnya sebagai Kepala Bidang Pendidikan Islam Kementerian Agama Nusa Tenggara Timur. Sekalipun namanya begitu mentereng dengan segenap prestasi dan jabatan personalnya, belum terlalu menyita perhatian penulis untuk mengenalnya lebih dekat.


Berasal dari salah satu kabupaten di negeri para Umbu, Waikabubak, beliau hadir di panggung kehidupan ibukota Nusa Tenggara Timur sesungguhnya adalah faktor takdir yang tidak bisa nafikan. Sekalipun dalam batas tertentu, faktor takdir bukan variabel tunggal yang menentukan seseorang untuk meraih jabatan prestisius di kantor Kementerian Agama NTT. Namun ada sisi lain yang menjadi persyaratan kualitatif-normatif di antaranya karena memiliki kompetensi dan kualifikasi personal, relasi jaringan yang terbangun dengan berbagai stakeholder, tapi juga ditentukan oleh sikap keteladanan dan karakter muru'ah yang telah bersublimasi pada totalitas personalnya. Beberapa keunggulan kualitatif-normatif inilah yang menjadi faktor kesuksesan pria yang lahir pada tanggal 02 Oktober 1969 dalam menapaki jenjang demi jenjang karir pengabdian di Kementerian Agama NTT.

      Ketika telapak kakinya menginjak tanah Timor dalam posisinya sebagai Kabid Pendidikan Islam Kementerian Agama NTT pada tahun 2018, terdengar sayup-sayup nama ayah dari Aflaha Man Tazakka, saya mencoba menelisik siapakah  gerangan tokoh ini yang meraih jabatan bergengsi dan fantastis di lingkungan Kementerian Agama NTT? Upaya penulis untuk menemukan figur kharismatik nan berwibawa ini melalui literasi di dunia maya, maka tersingkaplah secara jelas tentang sosok kyai dengan berbagai jabatan fantastisnya. Begitu berjubelnya berbagai jabatan di dunia birokrasi yang dimulai dari posisinya sebagai Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Sumba Barat pada tahun 1995 sampai pada puncak karirnya sebagai Kasie Pendidikan Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumba Tengah pada tahun 2016-2018. Kesuksesan sang kyai dalam menahkodai Kasie Pendidikan Islam Kabupaten Sumba Tengah inilah yang menjadi pertimbangan rasional-argumentatif sehingga sang kyai ini menapaki jenjang birokrasi yang lebih tinggi sebagai Kepala Bidang Pendidikan Islam pada Kantor Kementerian Agama NTT.

       Seiring perjalanan waktu, secara evolutif namun pasti, ayah dari Muwafaqah Khamsatin Mahbubah (yang berarti Anak Kelima yang Sarat dengan  Cinta Nan Tulus Berkat Petunjuk dari Robb-nya) mulai memperlihatkan etos kerja dan dedikasinya yang tulus, membangun New Blue Print (Model Baru Potret Pendidikan Islam di NTT) dalam merestorasi visi Pendidikan Islam Humanis, berkarakter dan Bermartabat di Negeri Gugusan Pulau-Pulau paling Timur di Indonesia ini. Berkat dedikasinya yang melampaui ruang dan waktu, visi kepemimpinan yang merakyat serta racikan strategi yang membumi pada seluruh segmen pendidikan Islam, beliau menjadikan Kementerian Agama NTT  sebagai institusi yang berwibawa, unggul dan terdepan sehingga dapat berkompetisi dengan institusi-institusi lainnya di Nusa Tenggara Timur.

      Keberhasilan sang kyai santun, familiar dan humanis ini dalam menahkodai Pendidikan Islam di Nusa Tenggara Timur, bukanlah bersifat instan dan imitatif. Dengan motto Ikhlas Beramal sang kyai ini  berkarya dan bekerja dengan hati dan ikhlas dalam beramal, telah mewakafkan diri dan kehidupannya untuk kemajuan pendidikan dan dakwah Islam di Nusa Tenggara Timur. Bukti oetentik komitmen moralnya bersahaja ini bisa ditelusuri terhadap jejak digitalnya dalam mendedikasikan energi dan potensi untuk kemajuan umat Islam dapat terverifikasi pada kerja-kerja keummatan, antara lain menjadi Kepala Madrasah Diniyah Islamiyah Waikabubak, mendirikan dan mengasuh Pondok Pesantren Baitul Hikmah Waikabubak, mendirikan dan menjadi Kepala Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Waikabubak (sebagai Madrasah Pertama di Sumba Barat),  mendirikan MAS Islamiyah Waikabubak, mendirikan MAS Al-Jihad Mamboro Sumba Barat Daya, mendirikan MIS Hajar Aswad Waibakul dan Pondok Pesantren Darul Hikam, Waibakul Kabupaten Sumba Tengah.

Keberhasilan sang kyai menoreh prestasi di tanah Para Umbu Pulau Sumba, menjadi proses metamorfosis yang mensugesti dirinya untuk menginisiasi pembangunan gedung sekolah MIN Sulamu Filial Pulau Kera pada satu bulan yang lalu di Pulau Kera Kabupaten Kupang. Proses pembangunan gedung sekolah MIN Sulamu, Filial Pulau Kera, adalah bukti kerja kemanusian yang telah bersublimasi dalam pikiran dan tindakan sang kyai genius ini. Berbekal pada jaringan dan kedudukannya sebagai Kepala Bidang Pendidikan Islam Kementerian Agama NTT,  sang kyai ini menggalang dukungan dan partisipasi para ASN di lingkungan Kementerian Agama NTT dengan memberikan sumbangan seikhlasnya untuk menyediakan sarana pendidikan yang layak untuk masyarakat suku Bajo Sulawesi Tenggara di Pulau. Ikhtiar dan upaya yang dilakukan sang kyai, dalam hitungan bulan saja gedung sekolah MIN Sulamu, Filial Pulau Kera akhirnya berdiri di lingkungan masyarakat Pulau Kera yang secara politik banyak mengalami segregasi dan diskriminasi untuk mendapat kehidupan layak dari kehidupan sosial, ekonomi dan pendidikan. Puncak dari proses gedung sekolah MIN Sulamu, Filial Pulau Kera, akhirnya diresmikan oleh PLT. Kepala Kementerian Agama NTT, yakni ayahanda Drs. H. Hasan Manuk, M. Pd pada tanggal 14 Agustus 2021.

      Ketika mengawali sambutan sebagai Plt. Kepala Kementerian Agama NTT, ayahanda H. Hasan Manuk, M. Pd dengan obyektif dan apresiatif memberikan penghargaan dan pujian tulus atas karya-karya keummatan dalam pendidikan dan dakwah kepada sosok kyai humanis ini, dengan narasi "Kerja Ikhlas-Kerja Bermartabat" Pikirannya Jernih dan Tindakan Terukur, Jiwanya Tulus, Komitmennya Membumi".

Apresiasi tulus dan jujur ayahanda Drs. H. Hasan Manuk, M. Pd, atas kinerja sang kyai ini memberikan sebuah perspektif bahwa pesonanya amat familiar, responsif dan memiliki sensitivitas responsibilitas yang tinggi dalam merespon isu-isu aktual keummatan yang dihadapi masyarakat marginal. Di sisi lain, pujian dan penghargaan yang diberikan ayahanda Plt. Kementerian Agama NTT kepada ayah dari Mabrury El-Haramain menjadi bukti absah atas komitmen moralnya. Ada kegalauan yang mendera batinnya, kegelisahan senantiasanya mencemeti nalar dan tindakannya untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat yang teraleanasi oleh sebuah sistem kekuasaan yang diskriminatif. Ada kegamangan psikologis, rintihan sukma seakan menggugat komitmen moral untuk berbagi empati bagi kaum dan masyarakat yang tidak tersentuh oleh sirkulasi kebijakan penguasa di negeri ini. Pulau Kera adalah sebuah gugusan yang berada di tengah laut yang banyak menyimpan mutiara, tapi sayang kekayaan biota laut dan kekayaan terumbu karang yang indah  tidak menjadi daya tarik  untuk mendapat perhatian dari pemangku kekuasaan di negeri Zamrut Katulistiwa ini.

       Mencermati politik segregasi dan diskriminatif yang dialami masyarakat Pulau Kera, seolah-olah menghentak kesadaran batin dari ayah Ayu Adumu Istijabah untuk mengurai dan menyeka air mata anak-anak Pulau Kera untuk menikmati pendidikan yang telah mereka cita-citakan. Di saat kepiluan dan rasa getir anak-anak pulau telah membuncah di sudut perasaan, sang kyai genius hadir dengan mengusung misi salah satu risalah kenabian yakni membangun kesadaran profetik melalui lembaga pendidikan. Dengan hadirnya lembaga pendidikan di Pulau Kera, maka distance sosial dan sekat-sekat isolasi kultural dapat menemukan ruang keadilan dan pemerataan bagi kehidupan masyarakat Indonesia. MIN Sulamu, Filial Pulau Kera, adalah salah satu lembaga pendidikan yang hadir untuk meretas tingkat kesenjangan sosial,  sembari  berikhtiar membangun peradaban manusia ke arah yang lebih bermoral dan berkarakter.

       Berbagai narasi keberhasilan yang ditorehkan oleh ayah dari Ibni Muttaqil Alimi adalah sesuatu yang luar biasa yang melampaui sekat-sekat primordial. Sebuah prestasi yang menurut penulis nyaris menyamai tokoh-tokoh besar,  di antaranya Paulo Freire,  Ki Hajar Dewantara, Kyai  Ahmad Dahlan dan Kyai Hasyim Asy'ari yang  menyemai bibit unggul peradaban menuju Humanisasi Pendidikan. Atau meminjam  konsep "Trilogi pendidikan"  Thomas Lickona, @ Mengetahui kebaikan, @ Mencintai Kebaikan, @ Melakukan kebaikan.

Ketiga trilogi melahirkan komitmen moral, @  konsep moral, @ sikap moral, @ perilaku moral.

      Konseptualisasi pendidikan yang telah dilakukan sang kyai genius ini seakan-akan membenarkan sebuah diktum moral خير الناس انفعهم للناس yang patut ditiru dan apresiasi, karena filosofi karya dan dedikasinya jauh dari tendensi dan pretensi atau jauh dari kesenyapan ambisi personalnya, sebagaimana hirarki puncak kebutuhan Abraham Harold Maslow, yakni aktualisasi diri. Ketulusan dan keikhlasannya dalam berbagi dan berempati menjadi dua resonansi yang mampu memantulkan energi positif kepada  generasi penerusnya di masa yang akan datang.

      Abah Drs. KH. Pua Monto Umbu Nay, adalah sebuah figur  fenomenal dengan berbagai talentanya, mampu menjadi yang terbaik bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya, termasuk di dalamnya organisasi keagamaan yakni Nahdlatul Ulama' (NU) sebagai rumah keduanya yang dapat membentuk watak keagamaan, mengasah komitmennya serta menjadi sumber *Matter Dolorosa" untuk berkhidmat bagi agama, bangsa dan negara.

      Kecintaan pada organisasi keagamaan yakni Nahdlatul Ulama' (NU) sangat intens, dengan menakhodai Ketua Pimpinan Cabang NU Sumba Barat yang pertama dan kepimpinannya di lembaga ini berakhir ketika mendapat jabatan yang lebih tinggi di Kantor Kementerian Agama NTT. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa Abah kyai Pua Monto Umbu Nay, memiliki karir organisasi di Nahdlatul Ulama' (NU) sangat membumi, yang akar, daun,  dan buahnya telah beranak pinak di negeri para Umbu serta memancarkan pengaruhnya bagi masyarakat Nahdiyin di Nusa Tenggara Timur.

      Berdasarkan rekam jejak, prestasi, keberhasilan dan ikhtiarnya membangun masyarakat di negeri para Umbu, baik dalam bidang pendidikan dan dakwah, serta prestasinya memimpin Nahdlatul Ulama' (NU), menjadi kredit point bagi masyarakat Nahdiyin untuk mencalonkan dirinya sebagai salah satu kandidat Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama' (NU) NTT pada Konferensi Wilayah Nahdlatul Ulama' (NU) NTT yang dilaksanakan pada tanggal 03/05 September 2021 di aula Asrama Haji Kupang. Dan Alhamdulillah, setelah melalui proses dinamika yang panjang dan  melelahkan dalam Konferensi tersebut, Abah Drs. KH. Pua Monto Umbu Nay, terpilih secara aklamasi setelah kompetitornya kakanda Abdullah Ulumando, SE mengundurkan diri dari pencalonan sebagai Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama' (NTT) untuk periode 2021-2026.

      Terpilihnya Abah Drs. KH. Monto Umbu Nay sebagai Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama' (NTT) mendapat sambutan yang meriah dari warga Nahdiyin di Nusa Tenggara Timur. Salah satu nitizen di berbagai group WA, kakanda syech Abduh Bazher, merayakan eforia kemenangan sang kyai humanis ini, dengan menulis narasi kegembiraannya di group Forum Dialog Muslim NTT, dengan kata-kata: ALLAHU AKBAR....ALLAHU AKBAR.... ALLAHU AKBAR dan Takbir 3x. Refleksi kemenangan nitizen di group WA, menjadi bukti bahwa ada kerinduan yang amat-sangat lama pada diri sang kyai untuk memimpin organisasi para ulama ini, agar mengembalikan Marwah keulamaan di tubuh Nahdlatul Ulama' (NU) NTT. Dengan demikian, kehadiran Abah Drs. KH. Pua Monto menjadi sumber oase dan menjadi figur unityng factor yakni faktor pemersatu atas berbagai potensi di tubuh Nahdlatul Ulama' (NU). Di samping itu, dengan terpilihnya Kabid Pendis Kementerian Agama NTT, dapat melerai berbagai organisasi personal di tubuh organisasi para ulama ini, semoga menjadi sebuah kekuatan besar dan menjadi aset berharga dalam merespon stagnasi organisasi dan pemikirannya ke arah yang lebih baik. Dan sebagai penulis, berharap banyak semoga Abah Kyai mampu menjadi figur Detente yang mampu membangun kohesi dan menghilangkan sekat-sekat sektarian-primordialistik menuju kepada kejayaan Islam dan di masa akan datang. Aamiin Ya Robb al-A'laamiin.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DUNIA PENDIDIKAN

QURAN YANG DILUPAKAN