Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2021

H I D A Y A H

Tuntutan dari ilmu apalagi ilmu agama adalah amal saleh, adab etika dan moral dalam berlaku, berlisan dan bertindak tanduk. Itulah Hidayah "Tunjukilah kami jalan yang lurus" Meminta dengan sepenuh hati ilmu disertai kemampuan mengamalkan fisabilillah. Meminta tapi tak mengingini apalagi membutuhkan adalah EJEKAN ... Ketahuilah "Innahu 'alimun bidzatissudur". sesungguhnya Allah mengetahui dihatimu yang paling dalam. Memohon Hidayah itu memohon, ikhtiar dan tawakkal dalam Rabbana atina fii dunya hasanatan wal fil akhirati hasanatan waqina 'ajabannar... bukan hanya untuk dunia saja, apabila demikian maka akhirat tak diperoleh. "Rabbana atina fii dunya wamaa lahu fil akhirati min kholak" "Ihdinassirothol mutaqim". 17 kali yang fardu 12 kali qobliyah dan ba'diyah dilafadzkan dimohonkan, apakah sebanyak itu pula kita berikhtiar meraih Hidayah ?. Padahal Sebelum dan sesudah memohon Allah sudah memberikan isyarat "Dzalikal kitabula royba

LEBIH INDAH DARI INGINMU

Gambar
Mungkin, Diantara kita ada yg merasa umur sudah bertambah, usia sudah semakin tua. Tapi, Belum sempat sekolah lagi Belum punya pasangan hidup Belum punya anak Belum punya pekerjaan yg mapan Belum punya rumah belum punya mobil Belum punya ini dan itu Belum bisa ini belum bisa itu Kemudian terbebani berbagai perasaan tidak beruntung atau perasaan kurang ini dan itu.  Sehingga membandingkan taqdir yg ada pada dirinya dengan orang lain.  Dan lupa mensyukuri atas banyak nikmat yg telah Allah beri.  Padahal seandainya kita mau merenungkan kembali.  Kita akan menyadari bahwa, apapun yg Allah taqdirkan utk kita adalah yg terbaik sesuai keadaan dan kebutuhan kita.  Dan setiap kita memiliki taqdir yg berbeda karena Allah yg Maha Bijaksana tau apa yg terbaik utk kita.  Ada yg bisa sekolah lagi, qadarullah wafat diusia muda.  Ada yg diberi pasangan, qadarullah di uji dgn berbagai prahara rumahtangga.  Ada yg diberi anak di usia muda, qadarullah diuji dgn sakit yg sulit diharapkan kesembuhannya.  N

P.I.L.I.H.A.N.

Gambar
  Meski hanya di kamar saja, kita bisa melihat banyak sekali peristiwa di era sosial media. Mulai dari peristiwa penting sampai yg sia². Kita bahkan bisa aktif memberi respon saat itu juga. Respon kita pun bisa langsung tersebar dan diakses siapa saja. Terpapar begitu banyak berita sebenarnya melelahkan. Apalagi jika kita termasuk tipe orang yg sulit mengontrol luapan perasaan. Kita akan mudah sekali terganggu oleh hal² yg sebenarnya tidak relevan dgn apa yg kita butuhkan. Orang selfie kita hujati. Pamer makanan kita sindiri. Berbagi nasihat kita nyinyiri. Semua hal, entah buruk atau baik, kita komentari. Alih-alih membawa manfaat bagi diri, komentar² ini seringkali hanya sekadar luapan emosi. Sesuatu yg sebenarnya hanya bikin mubadzir waktu dan energi. Kita bisa memilih merespon atau mengabaikan apa yg terjadi di sekitar kita. Jika ingin merespon, semoga kita tidak lupa mempertimbangkan maslahatnya. Apakah respon kita memberi kontribusi kebaikan, minimal bagi diri kita, atau hanya sia

LEBIH DARI CUKUP

Gambar
  Alkisah suatu ketika MOBIL pengangkut BERAS tiba di sebuah toko. Orang2 datang mengantri untuk membelinya. Terjadilah antrian panjang di toko pedagang BERAS. Tibalah giliran seorang WANITA TUA miskin, dengan tangan gemetar ia menyodorkan gelas yang dibawanya kepada si PENJUAL BERAS. WANITA TUA berkata : “Aku tidak mampu membeli BERAS mu, sudikah engkau bersedekah untukku dengan segelas BERAS saja.?" PENJUAL BERAS : “Tidak, aku tidak bisa memberimu segelas BERAS" TETAPI kemudian PENJUAL BERAS itu menyuruh pembantunya untuk membawa sekarung BERAS dan mengantarkannya ke rumah WANITA TUA itu. WANITA TUA tersebut kaget & terharu menerima-nya dengan mata berkaca-kaca karena tidak percaya apa yang telah terjadi. Air mata bahagia mengalir deras di pipi keriput-nya. Seorang LAKI LAKI pembeli yang tadinya antri di belakang WANITA TUA dan tahu kejadian tersebut bertanya pada si PENJUAL BERAS : "Pak..bukankah yang diminta wanita tua itu hanya segelas BERAS, mengapa bapak membe

QURAN YANG DILUPAKAN

Gambar
Buat kita yg beragama Islam sudah barang tentu punya Al Quran dirumahnya, meskipun minimal hanya punya satu aja. Oke, anggep aja cuman punya satu yaa.. Nah pertanyaannya, seberapa sering Anda berinteraksi dgn Al Quran tersebut? Coba ingat2 lagi, kapan terakhir kali Anda baca Al Quran? Mungkin ada yg baru saja selesai membaca. Ada yg tadi malem baru baca. Ada juga yg terakhir baca sebulan yg lalu. Bahkan saya yakin pasti juga ada yg terakhir baca pas awal ramadhan tahun lalu. Udah ngaku ajaaaa.. Gak akan dimarahin kok. Oke, kapanpun terakhir anda bercengkerama dgn Al Quran itu hal yg sudah terjadi. Biarkanlah. Anda masih ada kesempatan dan umur untuk bisa memperbaikinya kembali kok.. Ternyata nih ternyata, saya pernah ikut kajian yg intinya begini... Ternyata kalo orang itu jarang berinteraksi (baca : jarang baca Al Quran), itu bisa jadi mungkin memang Alloh itu gak ngizinin kita buat bisa deket sama Al Quran. Ya, sekali lagi. Kalo kita jarang baca Al Quran, bisa jadi memang Alloh ga ka

JANGAN TERBURU-BURU MENILAI

Gambar
Seorang dokter bergegas masuk ke dalam ruang operasi, sesaat ayah dari anak yg akan dioperasi menghampirinya. “Kenapa lama sekali anda sampai ke sini? Apa anda tidak tahu, nyawa anak saya terancam jika tidak segera dioperasi!” ujarnya. Dokter tersebut tersenyum, “Maaf, saya sedang tidak di Rumah Sakit ini tadi, tapi saya secepatnya ke sini setelah di telpon pihak Rumah sakit.” Kemudian ia menuju ruang operasi. Setelah beberapa jam, ia keluar dengan senyuman di wajahnya, “Syukurlah keadaan anak anda kini stabil.” helanya. Tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter tersebut berkata, “Suster akan membantu anda jika ada yg ingin anda tanyakan.” Selanjutnya Dokter tersebut berlalu. “Kenapa dokter itu angkuh sekali? Dia kan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya!” sang ayah berkata kepada suster. Sambil menunduk dan meneteskan air mata, suster menjawab, “Anak dokter tersebut meninggal dalam kecelakaan kemarin sore, la sedang menguburkan anaknya saat kami menelponnya untuk

KISAH KAOS KAKI BOLONG DAN PENGUSAHA KAYA

  SEORANG ayah yang terkenal dan kaya raya sedang sakit parah. Menjelang ajal menjemput, ia meminta anak-anaknya berkumpul. Sang ayah berwasiat, “Anak-anakku, jika ayah sudah dipanggil Allah Yang Maha Kuasa, ayah punya permintaan khusus kepada kalian,” ujarnya, “Ayah ingin memakai barang kesayangan yang penuh kenangan semasa ayah merintis usaha di perusahaan Ayah dulu. Walaupun sudah bolong, tolong kenakan kaos kaki itu bila Ayah dikubur nanti.” Singkat cerita, akhirnya sang ayah wafat. Sesuai amanat, ketika mengurus jenazah, anak-anaknya minta kepada ustadz agar almarhum diperkenankan memakai kaos kaki. Akan tetapi sang ustadz menolaknya. “Maaf secara syariat hanya dua lembar kain putih saja yang di perbolehkan dikenakan kepada mayat.” Maka terjadilah perdebatan antara anak-anak yang ingin memakaikan kaos kaki bolong itu dengan pak ustadz yang ‘kekeuh’ melarangnya. Karena tidak ada titik temu, dipanggilah penasihat sekaligus Notaris keluarga tersebut. Sang notaris menyampaikan Surat W